Rabu, 16 April 2008

PERAMBAHAN HUTAN JANGAN DISEPELEKAN DAN DIBIARKAN..!!

“ Ah Andiko cedana sitepaNa ndube penggaya iblis erbansa jelma erate-ate uruk si megersing meturban rudang nggo merapak i mbal-mbal ah andiko cedana bekas tinepaNa….”

Bagi jemaat GBKP, pasti sudah tidak asing lagi dengan sepenggal lagu ini, dalam lagu ini ada unsur kekesalan, kekecewaan yang begitu mendalam, namun yang jadi pertanyaan sekarang, apakah kita peduli terhadap ciptaan Tuhan yang telah dititipkanNya untuk kita?

Saya setuju bahwa perambahan hutan dibumi Merah Putih ini harus ditanggalkan, bahkan kita harus “Memusnahkan” para perambah-perambah hutan tersebut, sebab secara otomatis mereka-mereka inilah yang nantinya akan menambah jumlah korban bencana alam di negara kita, tak terkecuali tanah longsor, polusi udara, bahkan banjir sekalipun, sebab air hujan yang turun tidak ada lagi yang menyerap.

Kita sebagai Warga Indonesia seharusnya bangga terhadap kekayaan dan kelestarian alam kita, Hutan yang sangat luas, indah, kaya akan air, dan masih banyak lagi kelebihan dari alam kita, namun persoalanya bukan itu..yang jadi pertanyaannya sekarang, Apakah kita masih bisa melihat dengan mata kepala kita sendiri akan alam kita yang indah itu? “ Tentu Masih Bisa..!!! nasi belum menjadi bubur, mungkin menurut saya dengan membuat kampanye atau seminar kecil-kecilan itu sudah cukup membantu, sehingga masyarakat yang tidak tahu menjadi tahu dan peduli terhadap kekayaan dan kelestarian alam kita tercinta, Lalu siapa yang semestinya membuat kampanye atau seminar itu sendiri? Seperti yang dikatakan oleh Pdt. Masada Sinukaban beberapa bulan lalu, jika kita tidak mampu menyuarakan suara kita di Indonesia ini minimal di propinsi Sumatera-Utara atau di Tanah Karo lah kita bersuara, menurut saya ini adalah PR Gereja kita GBKP untuk mengajak Pemkab karo, Kapolres, Kodim, Kejari, dan instansi terkait lainnya untuk sama-sama melawan gerakan yang mau menghancurkan hutan di Negara kita tercinta ini, sebab kalo bukan kita ya siapa lagi..?? dengan demikian tidak ada lagi istilah “ Dunia yang terlupa” nina lagu peterpan. Memang, saya sendiri tidak tinggal di Tanah Karo, namun walaupun demikian saya sangat peduli dan sangat terkesan tentang kelestarian alam dan tempat wisatanya, apakah kita akan menonton dan membiarkan begitu saja para perambah-perambah tersebut masuk lalu menyantap alam kita khususnya di Tanah Karo? Jawabanya tentu Tidak bukan? Untuk itu marilah Bapa, nande, turang ras senina, mulai detik enda mari si rawat, jaga ras lestariken kerangenta i bumi Merah Putih enda, jika bukan kita yang melestarikan dan menjaga alam kita, lalu siapa yang akan menjaga dan melestarikanya? Tidak tertutup kemungkinan juga untuk kaum muda atau permata GBKP khususnya yang peduli terhadap lingkungan, adakan penyuluhan secara merata di desa-desa terpencil yang ada di tanah karo, mungkin dengan cara kita memberikan informasi yang akurat kepada para orang tua kita terlebih yang berada dilingkungan pedesaan, mereka akan lebih hati-hati dan waspada dengan adanya orang asing yang masuk kedesa mereka. Semoga apa yang Tuhan Yesus titipkan kepada kita, kita bisa selalu menjaga dan merawatnya…AMIN Tuhan Berkati..

Imanuel Gintings

(Mahasiswa Teologi UKSW / Guru

KAKR Rg. GBKP Tg. Priok)

Tidak ada komentar: