Selasa, 27 April 2010

MERDEKA

- Suatu Refleksi Iman Hari Ulang Tahun Negara Kesatuan Republik Indonesia -

Oleh : Jobta Tarigan

Pengantar

Bulan agustus ini Negara (State) kita memasuki usia yang ke-64 tahun.Usia yang bukan muda lagi.Dari persalinan yang cukup lama dan melelahkan,64 tahun lalu Ibu Pertiwi melahirkan sebuah Negara bernama Indonesia dari bangsa yang bernama Nusantara.Dari tanggal 17 Agustus 1945 di Jl.Penggasan Timur oleh Soekarno-Hatta (Dwi Tunggal) diteriakkan kata Merdeka (baca:Proklamasi) atas nama seluruh rakyat Indonesia.Indonesia lahir dari sebuah perjumpaan kekayaan perbedaan (Melting Plot) kebangsaan.Lahir dari rahim senasib sepenanggungan,bangsa yang terjajah,bodoh dan miskin.Tidak ada kata yang paling heriok selain kata “Merdeka” pada saat itu.Tua muda,miskin kaya raya,apapun agamanya,sukunya,warna kulitnya dan sebagainya berbaur mempertahankan kata itu.Hanya ada 2 (dua) pilihan pada saat itu: “Merdeka atoe Mati”.Sejarah bangsa dan Negara kita juga mencatat bahwa umat yang bernama Kristen pun juga terlibat di dalamnya.Dari kemerdekaan 64 tahun itulah kita sekarang dapat menikmati-merasakan yang ada sekarang dengan segala kekurangan dan kelebihannya.Untuk itulah tulisan ini mencoba mengajak kita secara sederhana merenungkan arti kemerdekaan itu dan untuk dapat berbuat lebih baik lagi buat ibu pertiwi..Untuk itu mari kita lihat Indonesia hari ini dari sisi social,budaya,ekonomi,politik setelah kemerdekaannya,sambil tanpa menutup mata akan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai bangsa kita selama ini.

Indonesia Hari Ini

Setelah memasuki orde reformasi ini, euphoria kedaerahan dan isme-isme kesukuan dan keagamaan muncul bak jamur di tengah hujan demokrasi.Belum lagi arus globalisasi yang menghanyutkan kita dalam arus sungai hedonisme.Arus kapitalisme yang hampir menelan seluruh eksistensi kemanusian kita.Kemiskinan dan pengganguran yang semakin menjadi-jadi di tengah gelombang krisis ekonomi global yang tidak tahu kapan berakhirnya.Proses demokrasi yang belum mendapatkan jati dirinya.Masih banyaknya partai-partai dengan kepentingan golongannya sendiri.Walau demikian kita patut bersyukur pemilu legislative dan pilpres bulan lalu berjalan dengan aman dan damai, walau di sana-sini masih banyak keluhan. Hak-hak azasi manusia (HAM) yang terus dikangkangi.Keagamaan yang masih terkooptasi oleh politik dan penafsiran ayat-ayat dengan sangat rigid.Kemajemukan yang di pandang sebagai bukan keniscayaan.Masalah HIV-AIDS yang masih menjadi pergumulan akan kemasadepanan anak-anak manusia khususnya Indonesia.Korupsi,Kolusi,Nepotisme (KKN) di tubuh birokasi sampai ke sendi-sendi social kehidupan yang terasa semakin menjadi-jadi tengah rakyat yang menderita kelaparan sampai busung lapar.Tingginya biaya kesehatan dan pendidikan,membuat rakyat seperti tidak lagi mempunyai ibu ditengah adiom ibu pertiwi.Nilai-nilai kebudayaan (baca:kekaroan) kita yang semakin hari tergerus oleh modrenisasi.Penyakit hewan pun menjadi penyakit manusia (penyakit flue babi dan flu burung).Walau menurut jurnal kesehatan Amerika penyakit ini sudah lama ditemukan-dikenal. Sampai berita terakhir yang paling mutahir adalah Jakarta (Hotel J.W.Marriot dan Ritz Charlton) diguncang bom oleh teroris,kejahatan kemanusian terjadi lagi.Kita semua sangat berduka dan prihatin atas hal ini. Jika kita setuju dengan salah satu syair lagu Iwan Fals :”….sungguh banyak untuk dapat di ucapkan,teramat banyak untuk di tuliskan”.Kami juga yakin pembaca akan dapat menuliskannya lebih banyak lagi.Yang menjadi persoalan adalah; terasa pengap di tengah-tengah semangat ritus-ritus keagamaan-kekristenan kita, hal-hal tersebut terjadi.Seharusnya Iman yang bagaimanakah, yang dapat kita (Baca:Gereja) perbuat untuk ibu pertiwi di ulang tahunnya ini..?

Soli Deo Gloria

Menurut pandangan Alkitab, gereja adalah persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar (eks=keluar; kaleoo=memanggil). Mereka disendirikan untuk menjalankan tugas luhur yaitu memberitakan Kabar Baik tentang Keselamatan. Yesus Kristus sendiri memberitakan mengenai kedatangan Kerajaan Allah.Dari konteks inilah dapat kita maknai kemerdekaan sebagai anugerah sekaligus salah satu tugas panggilan,karena Allah telah terlebih dahulu memerdekakan kita dari perbudakan dosa.Kita tidak dapat berdiam diri melihat kenyatan-kenyataan yang ada di sekelilingi kita (baca:gereja).Gereja harus mewujud nyatakan kasih Kristus (Diakonia) di tengah-tengah persekutuan (Koinonia) sebagai kesaksian (Marturia) di zaman yang terus berubah .Gereja harus terus dengan lantang menyuarakan suara profetis nya.Bukan hal yang kebetulan pula kalau tahun ini gereja-gereja bercorak Calvinis (GBKP) merenungkan-merayakan 500 tahun kelahiran Yohanes Calvin serta tahun Diakonia bagi Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) kita.Slogan Soli deo Gloria seharusnya sangat nyaring terdengar di telinga kita.Calvin menggugat kita akan eksistensi keimanan kita yang paling dalam,untuk mengisi arti kemerdekaan bangsa ini sebagai perbuatan yang memuliakan Tuhan.Keimanan kita seharusnya tidak lagi bersifat simbolik-ornamental apalagi hanya bersifat ritual seremonial (walau hal tersebut baik tapi tidak substansi),misalnya penumpangan tangan,nubuatan,pengurapan minyak,puasa,doa berantai,doa semalam suntuk,dan sebagainya.Yesus sangat mengecam pengungkapan iman dengan ritual seremonial (baca: Mat 6:1-18 dan 23:14-36) apalagi dengan hanya simbolik-ornamental.Kitab Matius mencatat koreksi Tuhan Yesus sebagai berikut:”…mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai panjang….”.Keimanan kita juga tidak dapat lagi bersifat verbal,dengan ucapan:”puji tuhan…haleluya”,“terjadilah mujizat”,atau “tuhan memberkati’.Untuk iman seperti ini Yesus berkata:”bukan setiap orang yang berseru kepada Ku:Tuhan,Tuhan.! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga (Matius 7:21).Kalau bukan simbolik-ornamental,ritual dan verbal,keimanan yang bagaimana kiranya yang diharapkan di tengah pergumulan Indonesia hari ini dalam mengisi kemerdekaan ini.Iman yang bersifat operatif.Bukti keimanan kita harus sudah bersifat operasional.Perhatikanlah kata kerja “lakukan” pada kedua ayat di Matius.Yesus berkata dalam Matius 7:21 ; “…melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku..”dan”..segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini,kamu melakukannya untuk Aku (Bdk.Mat 25:40).Dalam bidang politik,Gereja tidak boleh a-politik, tetapi politik kita juga hendaknya bukan politik praktis yang pragmatis tapi politik kehambaan (Duolous politic).Karena gereja bukan lembaga yang dapat melegalkan seseorang menjadi anggota legeslasi, karena akan sangat bersifat subjektif.Politik gereja adalah politik humanis-profetis.Para presbiter kita juga di harapkan bukan para presbister yang berorientasi gelar emeritus dengan berbagai asumsi keduniawian (usia,kesehatan dan gelar professor doctor).Tapi para presbiter yang berorientasi pelayananan dan mengharapkan upah sorgawi (bdk. Luk 6:23 dan Mat 5:12).Sekali lagi,iman dengan penampakan operatif lah yang kita butuhkan di ulang tahun kemerdekaan bangsa ini.

Penutup (Pro Deo Et Patria)

Untuk mengisi kemerdekaan merupakan suatu panggilan tugas (a calling duty) setiap warga gereja,karena kemerdekaan itu sendiri adalah rahmad pemberian Allah.Gereja harus memaknai dan mewarnai kewarganegaraanya di dunia sebagai manifestasi kewarganegaraan sorgawinya.Untuk itu perlu penampakan iman.Penampakan iman yang bersifat operatif yang kita butuhkan di tengah krisis multi dimensi bangsa saat ini.Kita dapat berbuat,walau dengan sangat kecil-sederhana.Bukankah Allah akan memberikan perkara-perkara yang lebih besar setelah kita setia pada hal-hal yang kecil bukan.? (Bdk.Mat 25: 21 & 23).Segala eksistensi iman-kehidupan sebagai warga Negara kiranya menjadi kemulian bagi Allah(Soli deo Gloria).Kiranya, hadiah iman yang bersifat operatif kepada ibu pertiwi yang berulang tahun yang kita bawa dan perbuat.Selamat ulang tahun Negeri ku..Selamat ulang tahun Bangsa ku..Selamat ulang tahun Indonesia.

-PRO DEO ET PATRIA-

Yobta Tarigan*

email:yobta.sibero@gmail.com

mobile:0812 56860 111

Ngawan PJJ Sektor Tengah-Rg GBKP Pontianak

*Tulisan ini di tulis tengah malam pada saat merawat bidadari kecil papa (Agittha Natascha Br.Tarigan) yang sedang bergumul dengan sakit di RSU Ibu dan Anak Anugerah Bunda (10-16 Juli 2009).Semoga lekas sembuh ya nak ku…Tigan Boro.

Sabtu, 03 April 2010

Pidato anak 12 th yang membungkam para pemimpin dunia di PBB

Shared from "Florence Immanuela Pattipeilohy":

Cerita ini berbicara mengenai seorang anak yg bernama Severn Suzuki,
seorang anak yg pada usia 9 tahun telah mendirikan Enviromental
Children's Organization ( ECO ).

ECO sendiri adalah sebuah kelompok kecil anak yg mendedikasikan diri
untuk belajar dan mengajarkan pada anak" lain mengenai masalah
lingkungan.

Dan mereka pun diundang menghadiri Konfrensi Lingkungan hidup PBB,
dimana pada saat itu Severn yg berusia 12 Tahun memberikan sebuah
pidato kuat yg memberikan pengaruh besar ( dan membungkam ) beberapa
pemimpin dunia terkemuka.

Apa yg disampaikan oleh seorang anak kecil ber-usia 12 tahun hingga
bisa membuat RUANG SIDANG PBB hening, lalu saat pidatonya selesai
ruang sidang penuh dengan orang terkemuka yg berdiri dan memberikan
tepuk tangan yg meriah kepada anak berusia 12 tahun.

Inilah Isi pidato tersebut: (Sumber: The Collage Foundation)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Halo, nama Saya Severn Suzuki, berbicara mewakili E.C.O - Enviromental
Children Organization
Kami adalah kelompok dari Kanada yg terdiri dari anak-anak berusia 12
dan 13 tahun, yang mencoba membuat perbedaan: Vanessa Suttie, Morga,
Geister, Michelle Quiq dan saya sendiri. Kami menggalang dana untuk
bisa datang kesini sejauh 6000 mil untuk memberitahukan pada anda
sekalian orang dewasa bahwa anda harus mengubah cara anda, hari ini di
sini juga. Saya tidak memiliki agenda tersembunyi. Saya menginginkan
masa depan bagi diri saya saja.

Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kalah dalam pemilihan umum
atau rugi dalam pasar saham. Saya berada disini untuk berbicara bagi
semua generasi yg akan datang.

Saya berada disini mewakili anak-anak yg kelaparan di seluruh dunia
yang tangisannya tidak lagi terdengar.

Saya berada disini untuk berbicara bagi binatang-binatang yang sekarat
yang tidak terhitung jumlahnya diseluruh planet ini karena kehilangan
habitatnya. Kami tidak boleh tidak di dengar.

Saya merasa takut untuk berada dibawah sinar matahari karena
berlubangnya lapisan OZON. Saya merasa takut untuk bernafas karena
saya tidak tahu ada bahan kimia apa yg dibawa oleh udara.

Saya sering memancing di Vancouver bersama ayah saya hingga beberapa
tahun yang lalu kami menemukan bahwa ikan-ikannya penuh dengan kanker.
Dan sekarang kami mendengar bahwa binatang-binatang dan tumbuhan satu
persatu mengalami kepunahan tiap harinya - hilang selamanya.

Dalam hidup saya, saya memiliki mimpi untuk melihat kumpulan besar
binatang-binatang liar, hutan rimba dan hutan tropis yang penuh dengan
burung dan kupu-kupu. Tetapi sekarang saya tidak tahu apakah hal-hal
tersebut bahkan masih ada untuk dilihat oleh anak saya nantinya.

Apakah anda sekalian harus khawatir terhadap masalah-masalah kecil ini
ketika anda sekalian masih berusia sama serperti saya sekarang?

Semua ini terjadi di hadapan kita dan walaupun begitu kita masih tetap
bersikap bagaikan kita masih memiliki banyak waktu dan semua
pemecahannya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan saya tidak memiliki
semua pemecahannya. Tetapi saya ingin anda sekalian menyadari bahwa
anda sekalian juga sama seperti saya!

Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan ozon kita.
Anda tidak tahu bagaiman cara mengembalikan ikan-ikan salmon ke sungai asalnya.
Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang-binatang yang
telah punah.

Dan anda tidak dapat mengembalikan hutan-hutan seperti sediakala di
tempatnya, yang sekarang hanya berupa padang pasir. Jika anda tidak
tahu bagaima cara memperbaikinya. TOLONG BERHENTI MERUSAKNYA!

Disini anda adalah delegasi negara-negara anda. Pengusaha, anggota
perhimpunan, wartawan atau politisi - tetapi sebenarnya anda adalah
ayah dan ibu, saudara laki-laki dan saudara perempuan, paman dan bibi
- dan anda semua adalah anak dari seseorang.

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa kita semua
adalah bagian dari sebuah keluarga besar, yang beranggotakan lebih
dari 5 milyar, terdiri dari 30 juta rumpun dan kita semua berbagi
udara, air dan tanah di planet yang sama - perbatasan dan pemerintahan
tidak akan mengubah hal tersebut.

Saya hanyalah seorang anak kecil namun begitu saya tahu bahwa kita
semua menghadapi permasalahan yang sama dan kita seharusnya bersatu
untuk tujuan yang sama.

Walaupun marah, namun saya tidak buta, dan walaupun takut, saya tidak
ragu untuk memberitahukan dunia apa yang saya rasakan.

Di negara saya, kami sangat banyak melakukan penyia-nyiaan. Kami
membeli sesuatu dan kemudian membuang nya, beli dan kemudian buang.
Walaupun begitu tetap saja negara-negara di Utara tidak akan berbagi
dengan mereka yang memerlukan.
Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk
kehilangan sebagian kekayaan kita, kita takut untuk berbagi.

Di Kanada kami memiliki kehidupan yang nyaman, dengan sandang, pangan
dan papan yang berkecukupan - kami memiliki jam tangan, sepeda,
komputer dan perlengkapan televisi.

Dua hari yang lalu di Brazil sini, kami terkejut ketika kami
menghabiskan waktu dengan anak-anak yang hidup di jalanan. Dan salah
satu anak tersebut memberitahukan kepada kami: " Aku berharap aku
kaya, dan jika aku kaya, aku akan memberikan anak-anak jalanan
makanan, pakaian dan obat-obatan, tempat tinggal, cinta dan kasih
sayang " .

Jika seorang anak yang berada dijalanan dan tidak memiliki apapun,
bersedia untuk berbagi, mengapa kita yang memiliki segalanya masih
begitu serakah?

Saya tidak dapat berhenti memikirkan bahwa anak-anak tersebut berusia
sama dengan saya, bahwa tempat kelahiran anda dapat membuat perbedaan
yang begitu besar, bahwa saya bisa saja menjadi salah satu dari
anak-anak yang hidup di Favellas di Rio; saya bisa saja menjadi anak
yang kelaparan di Somalia ; seorang korban perang timur tengah atau
pengemis di India .

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa jika semua
uang yang dihabiskan untuk perang dipakai untuk mengurangi tingkat
kemiskinan dan menemukan jawaban terhadap permasalahan alam, betapa
indah jadinya dunia ini.

Di sekolah, bahkan di taman kanak-kanak, anda mengajarkan kami untuk
berbuat baik. Anda mengajarkan pada kami untuk tidak berkelahi dengan
orang lain, untuk mencari jalan keluar, membereskan kekacauan yang
kita timbulkan; untuk tidak menyakiti makhluk hidup lain, untuk
berbagi dan tidak tamak. Lalu mengapa anda kemudian melakukan hal yang
anda ajarkan pada kami supaya tidak boleh dilakukan tersebut?

Jangan lupakan mengapa anda menghadiri konperensi ini, mengapa anda
melakukan hal ini - kami adalah anak-anak anda semua. Anda sekalianlah
yang memutuskan, dunia seperti apa yang akan kami tinggali. Orang tua
seharus nya dapat memberikan kenyamanan pada anak-anak mereka dengan
mengatakan, " Semuanya akan baik-baik saja , 'kami melakukan yang
terbaik yang dapat kami lakukan dan ini bukanlah akhir dari
segalanya.”

Tetapi saya tidak merasa bahwa anda dapat mengatakan hal tersebut
kepada kami lagi. Apakah kami bahkan ada dalam daftar prioritas anda
semua? Ayah saya selalu berkata, “Kamu akan selalu dikenang karena
perbuatanmu, bukan oleh kata-katamu”.

Jadi, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam hari.
Kalian orang dewasa berkata bahwa kalian menyayangi kami. Saya
menantang A N D A , cobalah untuk mewujudkan kata-kata tersebut.

Sekian dan terima kasih atas perhatiannya.
***********

Servern Cullis-Suzuki telah membungkam satu ruang sidang Konperensi
PBB, membungkam seluruh orang-orang penting dari seluruh dunia hanya
dengan pidatonya. Setelah pidatonya selesai serempak seluruh orang
yang hadir diruang pidato tersebut berdiri dan memberikan tepuk tangan
yang meriah kepada anak berusia 12 tahun itu.

Dan setelah itu, ketua PBB mengatakan dalam pidatonya:

" Hari ini saya merasa sangatlah malu terhadap diri saya sendiri
karena saya baru saja disadarkan betapa pentingnya linkungan dan
isinya disekitar kita oleh anak yang hanya berusia 12 tahun, yang maju
berdiri di mimbar ini tanpa selembarpun naskah untuk berpidato.
Sedangkan saya maju membawa berlembar naskah yang telah dibuat oleh
asisten saya kemarin. Saya ... tidak kita semua dikalahkan oleh anak
yang berusia 12 tahun "


*Tolong sebarkan tulisan ini ke semua orang yang anda kenal, bukan
untuk mendapatkan nasib baik atau kesialan kalau tidak mengirimkan,
tapi mari kita bersama-sama membuka mata semua orang di dunia bahwa
bumi sekarang sedang dalam keadaan sekarat dan kitalah manusia yang
membuatnya seperti ini yang harus bertindak untuk mencegah kehancuran
dunia.

Kamis, 29 Oktober 2009

PELANTIKEN PENGURUS KAKR PERIODE 2009-2014

RG GBKP YOGYAKARTA

“Tuhan ini kerinduan kami, guru-guru KAKR Runggun Yogyakarta. Rindu untuk memberitakan FirmanMu, hanyalah untuk menyenangkanMu TUHAN... Mampukan kami agar kami melayani dengan hati…”

Sepenggal lirik lagu si endeken pengurus KAKR simbaru denga i lantik enda ningetken perpulungen kidekah sekolah Minggu denga. Uga mbarenda gutulna asum kitik-kitik denga. Sada kata-kata si i peseh Minda Mora Br Purba salu bahasa Indonesia e me “Kebanggaan kami sebagai guru sekolah Minggu bukanlah ketika anak didik kami menjadi sarjana dan bekerja dengan mapan, tapi kebanggaan kami yaitu ketika anak sekolah Minggu kami nanti kembali ke Sekolah Minggu menjadi rekan guru untuk melayani kembali bersama dengan kami”

Minggu 18 Oktober 2009, Alu Surat Keputusen (SK) KAKR Klasis Jakarta-Bandung si i wakilken Musti Br Purba, Rg Cililitan nari, i lakoken pelantiken man pengurus KAKR GBKP Yogyakarta lima tahun kulebe. Liturgi pelantiken pengurus KAKR GBKP Yogyakarta ibaba Pdt Paskaria Imanuel Perangin-angin S.Th M.Si. Alu gelar ras jabaten pengurus :

Ketua : Magdalena Br Sebayang

Sekretaris : Elsa Isabella Br Ginting

Bendahara : Selvianita Br Sembiring Meliala

Bid Kerohanian : Arya Setyani Br Ginting

Bid Inventaris & Perkap : Yohana Samueline M Br Ginting

Bid Pemerhati : Vinda Natalia Br Karo

Febry Br Barus

Bid Sermon : Imelda Christi Br Sembiring Brahmana

Selamat melayani man bandu pengurus KAKR GBKP Yogyakarta. Bagi lirik lagu si endeken ndu ndai lah jadi asum kam ngelai agi-aginta si kitik denga. Program-program KAKR si nggo i tetapken banci erdalan alu mehuli ras tetap alu penampat TUHAN saja. Laus Deo

Imanuel Ginting’s

(Mahasiswa Teologi UKSW)

Sabtu, 10 Oktober 2009

Apakah kamu Peduli???

Apakah kamu peduli??

(Sebuah refleksi mengenai korban yang tertimpa musibah saat kota Padang terguncang)

Manusia saat ini melulu berbicara mengenai keadilan, menutut hak yang selalu diperdebatkan, berbicara tentang moral. Namun apakah sesungguhnya artinya semua itu tanpa ada introspeksi bagi diri manusia itu sendiri? “Lah itu khan urusan loe? Yang penting gw gak ikut-ikutan toh!!, lagi, “itu sich derita lo, sm gw gak da masalah kok!!”. Ucapan ini sering terbayang ketika sikap ke-egisan kita menggebu-gebu dalam otak manusia. Tanpa berpikir panjang, merayakan “kekayaan-nya sendiri, dan tidak peduli terhadap orang lain. Satu kalimat yang saya petik dari seorang dosen, berbunyi seperti ini : “Keindahan hidup tidak dinilai dari seberapa besar kebahagiaan yang anda alami, tapi keindahan hidup ternilai dari seberapa banyak orang yang bahagia karena kehadiran anda ditengah-tengah mereka”. Lalu pertanyaan pun muncul, apakah keindahan itu diukur hanya dari kebahagian hidup? Saya berani menjawab, YA!, alasanya : bagaimana anda dapat menikmati keindahan tanpa ada kebahagiaan dalam hidup anda? Jemaat mula-mula (Kis 4:32-35) rela membagikan harta-hartanya untuk dibagikan kepada orang yang membutuhkan. Mereka (Jemaat Mula-mula) menjual rumah, tanah, dan seluruh kepunyaannya itu untuk diserahkan kepada rasul dan para rasul yang membagikannya kepada manusia yang kelaparan dan tertindas. Apa reaksi anda mendengar kisah ini? Jemaat mula-mula memperlihatkan bagaimana kita sebagai orang yang beriman untuk saling topang menopang dalam kesusahan. Mereka percaya bahwa harta yang telah ia kumpulkan dan bagikan itu adalah milik TUHAN dan akan menerima berkat jauh lebih baik dari apa yang mereka percayakan. Terlalu baik bukan? TUHAN tidak bodoh, dalam konteks saat ini, TUHAN tidak menyuruh kita untuk menjual seluruh harta kita dan membagikanNya untuk orang yang tidak mampu. Tapi TUHAN inginkan, minimal kita ingat akan tugas kita hidup didunia adalah sementara, dan hidup saling tolong menolong. Sebagian harta kita yang kita miliki, bila kita memberikannya dengan sepenuh hati, itu sudah melaksanakan tugas dan tanggung jawab kita sebagai anak ALLAH.

Seberapa besar rasa peduli kita? Pertanyaan seperti ini kerap dijumpai dalam pertanyaan pendeta ketika berdiri dimimbar ibadah Minggu. Yang saya amati, jemaat tidak ada yang menjawab dan tersenyum manis. Menurut hemat saya, Oh.. mungkin mereka menjawabnya dalam hati. Munculnya kepedulian yang ada pada kita yaitu ketika kita sadar bahwa seluruh yang kita miliki bukan milik kita seluruhnya, Diakonia, mengerti dan memahami akan definisi KASIH, dan sebagainya. Tapi seluruh itu tidak menjamin ketika kita hanya bicara saja “Hey, loe tau gak!! Gw ini peduli loh” (tapi itu hanya ngomong saja). Sikap kepedulian tidak hanya diucapkan, tapi juga diwujudnyatakan. Gempa yang terjadi baru-baru ini membuka mata hati kita untuk saling memperhatikan, saling peduli satu dengan yang lain, memberi, dan masih banyak lagi. 7,6 SR bukan gempa kecil, manusia dan infrastruktur turu menjadi korban, “KAMI TURUT PRIHATIN SAUDARAKU.. DENGAN KEKUATAN DAN KESANGGUPAN KU KAMI DATANG MERINGANKAN BEBANMU. Saatnya kita beraksi saudara!! Bantu saudara kita yang menjadi korban agar penderitaan yang mereka alami berkurang. Saluran bantuan dapat anda kirim langsung melalui

BRI Cabang Padang

No Rek : 0058.01.055424.50.3

a.n : Tim Peduli Bencana GBKP Padang

“KETIKA AKU SAKIT ENGKAU DATANG MELAWAT AKU”

MATIUS 25:36 D

Salam hangat :

Pdt Masada Sinukaban dan nora

Imanuel Ginting Suka

PERMATA Sektor Salatiga

Sabtu, 05 September 2009

Spiritualitas
Yohanes 2:1-11

Anda pasti mengenal cerita perjamuan kawin di kota “Kana”. Peristiwa itu dicatat Yohanes 2:11 sebagai suatu peristiwa penting! Yesus tahu itu! Tetapi apa yang dipilih-Nya untuk penampilan/debut pertama-Nya? Hal itu yang dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu ia telah menyatakan kemuliaan-Nya dan murid-murid-Nya percaya kepadanya.” Jadi, pasti tidak main-main! Pertanyaan kita adalah : mengapa Yesus memilih sebuah pesta kawin untuk penampilan pertama-Nya, yaitu mengubah air menjadi anggur, sebagai muzijat yang pertama? Apa tidak ada peristiwa lain yang lebih prestigious ‘terhormat’ atau yang lebih layak?
Di dalam perjanjian baru, tindakan Yesus pada umumnya tertuju atau terarah untuk menolong mereka yang miskin, yang lemah, yang lapar dan yang sakit. Sangat mulia! Tetapi mengubah air menjadi anggur?
Anggur tentu penting.. apalagi untuk sebuah pesta pernikahan orang Yahudi, tetapi pasti bukan yang terpenting! Orang tidak akan mati kalau tidak minum anggur. Alangkah berbedanya, bukan? Antara Yesus member makan 5000 orang, Yesus menyembuhkan 10 orang sakit kusta, dengan Yesus secara ajaib membuat 150 galon minuman anggur kwalitas nomor satu?! Namun, Yohanes mengatakan, dengan ini Yesus mau membuat debut-Nya yang pertama. Malah “Yesus (mau) menyatakan kemuliaan-Nya!” untuk tujuan yang sangat penting itu, Yesus memilih melakukan sesuatu yang kita anggap kurang penting. Mengapa?
Jawabnya: bukan Cuma sekali itu saja, tetapi betapa sering kita dengan sadar atau tanpa sadar menganggap kurang penting atau menganggap remeh apa yang Tuhan Yesus angap penting! Atau sebaliknya: kita menganggap penting apa yang sebenarnya relative kurang penting.
Kita, orang-orang jaman modern ini, tanpa kita sadari sebenarnya cenderung menjadi semakin pragmatis dan materialistis. Apa maksudnya? Saya mengajak anda memperhatikan bagaimana bentuk pertanyaan yang paling sering kita ajukan, kalau kita menilai sesuatu, yaitu pertanyaan yang didahului tia kata ini : (a) apa sih gunanya?; atau (b) apa sih untungnya? Ini yang saya sebut ‘pragmatisme’. Segala sesuatu ditentukan dan diukur oleh apakah ia mempunyai ‘kegunaan’ atau tidak, apakah ia memberi keuntungan atau tidak. Dan yang lebih jauh lagi, kegunaan dan keuntungan ini diukur secara material.

Sementara orang berkata, “apa sih gunanya melayani? Apa untungnya? Malah nombok! Untuk apa?! Dan yang lain berkata, “wah bagi saya doa itu harus. Doa itu vital. Saya mengalami banyak persoalan yang harus saya hadapi, tetapi puji Tuhan, dengan doa selesai! Saya pernah sakit, dokter sudah angkat tangan, saya hanya bias berdoa. Dan, Haleluya, saya sembuh! Suatu hari kami kehabisan makanan. Kami juga kehabisan uang. Anak-anak mulai menangis karena lapar. Saya mengajak seluruh keluarga berlutut, berdoa. Dan, o, Tuhan sungguh heran! Begitu ‘amin’, ada bunyi ketukan pintu. Saya buka. Ternyata sauara jauh yang belasan tahun tak betemu, membawa banyak sekali oleh-oleh. Kami betul-betul berpesta siang itu!”
Kesaksian yang indah, bukan? Tetapi apa intinya ? intinya adalah, yang satu tidak mau melayanai karena tidak ada manfaatnya, sedang yang lain terus berdoa karena ada hasilnya, ada untungnya. Ini yang saya sebut pragmatisme.
Apa gunanya mengubah air menjadi anggur? Ya, bukan tidak ada gunanya sama sekali, tetapi banyak yang lain yang lebih bermanfaat dan yang lebih menguntungkan, yang lebih efesien an efektif! Yesaya 30:15-16 berkata,…’dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak lekuatanmu.’ Tetapi kamu enggan, kamu berkata: ‘bukan, kami mau naik kuda dan lari cepat,’ maka kamu akan lari dan lenyap. Katamu pula: ‘kami mau mengendarai kuda tangkas,’ maka para pengejarmu akan lebih tangkas lagi.” Ayat ini dengan amat jelas menggambarkan dengan jelas sikap pragmatisme orang-orang modern seperti kita-kita ini.
“Kami mau naik kuda dan lari cepat!” “kami mau mengendarai kuda tangkas, kami mau lebih konkret, lebih riil, lebih nyata!” Lebih pragmatis! Karena itu, yang banyak dicela orang adalah NATO ‘No Action, Talk only’ alias ‘Ngomong doang’. Orang sekarang mesti Action! Gereja mesti Action! Jangan Cuma ngomong doang! Jangan Cuma diam! Ayo bertindak! Berbuat sesuatu!
“Satu tindakan berbunyi lebih lantang daripada seribu khotbah. “Betul! Ini merupakan cirri khas orang Kristen saat ini. Malas belajar! Malas membaca! Malas mendengar ceramah! “udah deh kasi tahu aja, kami disuruh apa! Tidak usah teori-teorian!”
Tidak seluruhnya salah. Tetapi kalau orang itu maunya hanya seperti Marta, duduk di ‘seksi repot’ terus, tidak sempat menyimak, tidak sempat merenung, tidak sempat belajar, apa akibatnya? Kita jadi lupa dimana sebenarnya letak keselamatan kita! Dan dimana sebenarnya letak kekuatan kita. Kita terlalu sibuk \dengan hal yang kita anggap penting, kita meremehkan hal-hal yang sebenarnya jauh lebih penting atau paling sedikit sama pentingnya!
Dimana letak keselamatan dan kekuatan kita?
“Dengan bertobat dan tinggal diam, kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya, terletak kekuatanmu.”
Apa maksudnya? Betapa penting dan vitalnya spiritualitas itu! Karena disitulah sebenarnya terletak keselamatan kita, dan disitulah kunci serta sumber keselamatan kita, dan disitulah kunci serta sumber kekuatan kita. “Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal diam dan percaya terletak kekuatanmu!” Ringkasaannya pada spiritualitas kita.
Tetapi apa yang Tuhan anggap penting, itu yang sering kita anggap kurang penting. Karena pola pikir, pola sikap dan pola tindak kita yang cenderung pragmatis dan materialistis. Yang kita anggap penting adalah : “kami mau naik kuda dan lari cepat, kami mau menggendarai kuda tangkas!” Tuhan mengatakan, “Kalau kamu hanya mau mengandalkan kecepatanmu berlari, ingat banyak orang yang berlari lebih cepat! Kalau kamu ahanya mau mengandalkan ketangkasanmu, pengejarmu akan lebih tangkas lagi. Diatas langit masih ada langit!”
Kalau ibarat menyelenggarakan pesta kawin, kita memikirkan semua hal yang penting dan vital, semuanya, tetapi ‘anggur’ tidak menempati rengking teratas dalam skala prioritas kita. Akibatnya? Betapa sering kehidupan kekristenan kita menjadi ibarat pesta kawin yang kehabisan anggur. Ya jalan! Tetapi, kehilangan gairahnya! Kehilangan kehangatannya! Mbleret, seperti lampu teplok kehabisan minyak. Kekristenan kita kehilangan spirit. Kehilangan rohnya, jiwanya, semangatnya!
Dalam Yohanes 2:3 Maria berkata kepada Yesus, “mereka kehabisan anggur.” Itulah kita! Kehabisan anggur! Kalau anggurnya habis, apa yang masih kita punyai? O, mungkin kita masih punya yang lain: “Disitu ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung.”
Anggur habis tapi kami punya enam tempayan besar! Tempayan-tempayan yang dipakai untuk melaksanakan hal-hal yang lebih penting daripada minum anggur, misalnya untuk melaksanakan ritus-ritus, upacara-upacara adat dan agama. Apa ini tidak dengan indahnya melukiskan keadaan kita?
Gereja anda punya apa? Saya yakin gereja anda punya segala macam dan segala sesuatu! Enam tempayan besar, masing-masing isinya dua tiga buyung! Gedung gereja punya, pendeta punya, kegiatan-kegiatan berjalan, keuangan lumayan, aktivis banyak,… enam tempayan besar! Tetapi, “Apakah anda punya persediaan anggur?” apakah ada gairah itu? Sukacita? Komitmen? Semangat vitalitas?
Juan Carlos Ortiz, penginjil sukses dari argentina pernah mengalami itu. Sebagai pendeta muda, dalam dua tahun ia berhasil melipat gandakan jumlah anggota gerejanya tiga kali lipat. Administrasi dibenahi dan dirapikan, sehingga dapat diciptakan system pelayanan dan pelawatan yang amat efesien. Juan juga punya kegiatan pemuda dan sekolah minggu yang dijadikan di mana-mana.
Karena itu, dia banyak sekali di undang kemana-mana untuk berceramah, membagikan resep bagaimana membangun jemaat yang sukses. Capek sekali, tapi senang. Namun demikian, ada yang merisaukan hatinya. Kalau ia sedang bekerja 12-14 jam sehari, kerisauan itu tidak terasa. Tetapi begitu dirumah beristirahat, ia merasakan tubuhnya capek dan hatinya kosong. Ia ingin tahu apa sebabnya, tetapi tidak berhasil. Ia tidak tahan. Ia minta izin kepada majelis jemaatnya untuk menyepi dan berdoa. Hamper dua minggu ia lakukan itu. Yang ia kerjakan hanya merenung dan berdoa, merenung dan berdoa.
Akhirnya dalam bukunya yang ia beri judul Disciple, ia bercerita, Roh Kudus mengunjungi dia, dan terjadi percakapan yang amat menarik.
“Juan, kau mau tahu apa masalahmu? Yang kau punya sebenarnya itu bukan gereja, tetapi ‘bisnis’.”
“Apa maksud-Mu?”
“Ya! Kau memperomosikan Injil seperti mempromosikan Coca-Cola! Engkau memanfaatkan semua kiat dan semua trick manusia yang telah kau pelajari. Tetapi dimana Aku di dalam semua yang kau kerjakan itu?”
“Tuhan, aku tetap tidak mengerti!”
“Nanti Aku jelaskan! Tetapi masih ada yang kedua. Engkau mengira gerejamu bertumbuh. Dalam dua tahun, dari 200 menjadi 600! Padahal kalian tidak bertumbuh. Cuma bertambah! Semula kalian punya 200 bayi rohani, sekarang kalian punya 600 bayi rohani. Cuma itu saja bedanya!”
“Aku harus mengakui, bahwa itu benar adanya, karena itu, aku memilih untuk diam saja. Tidak membantah. Roh Kudus melanjutkan.”
“Sebagai hasilnya, yang kau punyai itu sebenarnya bukan sebuah gereja, melainkan sebuah panti asuhan, sebuah yatim piatu!”
“Rumah yatim piatu?”
“Ya! 600 orang itu adalah orang-orang yatim piatu secara rohani. Mereka tidak menjadi bapak rohani bagi mereka. Engkau lebih sibuk sebagai direktur panti ketimbang sebagai bapak rohani! Semua tetek bengek engkau urus dengan rapi, kecuali menjadi ayah bagi bayi-bayi itu!”
Itu gambaran seorang pekerja, pendeta, aktivis,pemimpin, tokoh Kristen yang sibuk dan sukses, tetapi “kehabisan Anggur”. Gereja yang sukses bertambah dan berkembang dengan pesatnya, dijadikan model dimana-mana, tetapi ‘kehabisan anggur’. Hanya penuh ‘bayi-bayi rohani’.
Saya harap anda tidak salah mengerti! Saya tidak mengatakan bahwa jadi ‘bayi rohani’ itu salah! O, sama sekali tidak! Kalau masih bayi, ya sama sekali tidak salah kalau bersikap seperti bayi. Yang menjadi soal adalah, kalau orang itu terus-terusan jadi bayi, tidak bertumbuh! Terus-terusan jadi’bayi rohani’!” ini dipesoalkan dalam Ibrani 5:12 “Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari pernyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras!” Apa ini artinya?
Jadi anak-anak itu, sekali lagi, tidak salah. Yang di cela adalah kalau orang ‘kekanak-kanakan’ kalau spiritualitasnya tidak bertimbuh! Atau bertumbuh tapi bertumbuhnya terbalik, yaitu bukan makin lama makin dewasa, tetapi makin kekanak-kanakan.
“Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.”
Amat jelas, spiritualitas itu penting! Bukan berbuat baik yang penting dan utama, tetapi bertobat! Bukan berbuat sebanyak mungkin yang penting dan utama, tetapi percaya! Ini sama sekali tidak menganjurkan sikap pasif, nrimo, dan terima nasib saja. Tidak, berserah itu bukan berarti tidak melakukan apa-apa. Berserah artinya: kita melakukan apa yang menjadi bagian kita sebaik-baiknya, sambil mempersilahkan Tuhan melakukan apa yang menjadi bagian-Nya dengan sebebas-bebasnya.
Apa artinya kalau Yesus mengubah air menjadi anggur, dan mengapa ia memilih tindakan ini pada penampilan pertama-Nya? Satu hal yang amat jelas: Yesus ingin menunjukkan bahwa kedatangan-Nya kedalam dunia ini adalah untuk mengubah segala sesuatu secara mendasar, secara radikal, secara menyeluruh, seperti Ia mengubah air menjadi anggur.
Banyak orang Kristen dan gerja kristen yang kehidupan imannya seperti air putih. Punya enam tempayan besar-besar, tetapi isinya Cuma air putih. Saya tidak mengatakan bahwa ini jelek. Tetapi air mewakili sesuatu yang tanpa warna, tanpa rasa, aman, tenang, tetapi datar tanpa gelegak.
Betul tidak kalau saya katakan, ibadah-ibadah kita sering seperti air saja? Hidup doa kita seperti air saja? Kesaksian dan pelayanan kita tawar seperti air saja?
Yesus ingin mengubah air menjadi anggur. Ia ingin ada gairah, ada dinamika, ada vitalitas, ada kehidupan dalam hidup kita! Tidak harus berarti bahwa kita harus pingsan-pingsan dalam ibadah, berbahasa lidah dalam berdoa, dan sebagainya. Yesaya mengatakan, “Bertobat dan tinggal diam, tinggal tenang dan percaya.” Diam dan tenang, tetapi ada kehidupan didalam, ada dinamika. Bukan diam karena tidak tahu harus berbuat apa, tetapi diam, tenang, karena sungguh-sungguh in control, menguasai keadaan, seperti yang kita lihat dalam film-film laga: semakin hebat dan semakin tinggi ilmu sang jagoan, semakin tenang dia dan semakin banyak diam.
Kehidupan doa banyak orang Kristen juga sering hanya seperti air! Tawar. Tanpa warna. tanpa rasa. Padahal doa adalah unsur paling utama dalam spiritualitas kita! Tanpa doa, tidak ada spiritualitas. Dan tanpa spiritualitas, yang ada ialah air bukan anggur!
Musuh doa yang paling serius adalah pragmatisme dan materialisme. Pragmatisme telah membuat doa kehabisan anggur. Banyak orang-karena pragmatisme - memilih untuk tidak berdoa lagi, tetapi bertindak! Mereka mengatakan, “Doa tidak mengubah apa-apa! Tindakanlah yang bisa mengubah sesuatu! “Apa gunanya berdoa? Apa manfaatnya? Apa untungnya? Mereka memilih kuda, mereka memilih lari dari pada berdoa!
Tetapi, kehidupan doa juga rusak oleh karena pragmatisme bentuk lain, yaitu orang yang justru rajin sekali berdoa, kalau perlu semalam suntuk! Ini saja sebenarnya tidak salah, tetapi awas! Yang amat berbahaya adalah: kalau doa tanpa sadar kita jadikan alat, kita jadikan metode, kita jadikan pistol untuk memaksa Allah memenuhi apa yang kita kehendaki! Doa yang seharusnya merupakan ekspresi penyerahan diri kepada Tuhan, berubah menjadi penghujatan kepada Tuhan. Tuhan yang mesti melayani kehendak kita, dan bukan kita yang melayani kehendak-Nya. Kehendak kita, kita paksakan menjadi kehendak Tuhan, dan bukan sebaliknya kehendak Tuhan kita jadikan kehendak kita!
Gereja yang lebih banyak mengadakan rapat daripada berdoa, berada dalam bahaya kehabisan anggur! Jalan sih jalan. Bahkan mungkin ada perkembangan disana sini. Tetapi seperti air. Tawar. Tanpa warna. Tanpa rasa. Biasa-biasa saja dan begitu-begitu selalu sepanjang masa.
Yesus mengubah air menjadi anggur. Kita harus minta sungguh-sungguh kepada Tuhan,agar kehidupan doa yang amat vital itu dipulihkan kembali. Doa barang kali tidak akan segera dan nyata mengubah dunia disekitar Anda. Misalnya kita sudah berdoa sejak tahun 1978 agar SKB MENDAGRI dan MENEG tentang pengaturan pembangunan rumah ibadah itu ditinjau kembali. 25 tahun berlalu keadaan kita tidak berubah. Entah berapa tahun kita berdoa bagi perdamaian, bagi keadilan, bagi kebebasan, bagi demokrasi, apa yang terjadi? Dunia tidak berubah. Doa barangkali tidak akan dengan segera dan dengan nyata mengubah dunia disekitar kita. Akan tetapi, dan ini pasti, doa yang sungguh, doa yang benar, doa yang tekun, akan mengubah diri kita! Kit akan berubah menjadi lebih hidup, lebih dinamis, lebih kuat, lebih tahan, lebih ulet. Doa memberi kita keberanian untuk mengubah hal-hal yang dapatat kita ubah (betapapun sulitnya). Doa akan memeberikan kepada kita kekuatan untuk menerima
hal-hal yang tidak dapat kita ubah. Dan doa akan memberikan kepada kita kearifan untuk membedakan mana yang dapat kita ubah dan mana yang hanya harus kita terima.
Bagaimana berdoa dengan benar itu?
Ini yang pertama-tama harus kita ingat : doa itu bukan kata-kata. Doa itu adalah sikap hati. Sikap hidup. Banyak orang berkata, “Saya tidak bias berdoa!” padahal maksudnya : ‘saya tidak tahu harus ngomong apa dalam doa saya!’ atau : ‘saya bukan orang yang pandai merangkai kata-kata.’ Salah!
Bahkan anda bisa berdoa dengan diam. Kata-kata malah kadang-kadang membuyarkan doa kita, membuat kita berdoa hanya dengan mulut kita, tidak dengan hati kita (bnd. Rm. 8:26)!
Oleh karena itu, jangan hanya mengucapkan doa! Jangan hanya membaca doa! Jangan juga hanya mendengar doa! Tetapi apa? Jadilah doa! Dalam bahasa inggris : Don’t pray! Be a prayer!
Jadikanlah seluruh hidup kita itu sebuah doa! Artinya, dimanapun, kapanpun, dan dalam keadaan apapun, kita memelihara komunikasi dengan Allah.
Ini memang konsekuensinya kalau kita menjalin hubungan cinta dengan Allah. Kita tidak hanya mencintai kekasih kita pada waktu ketemu, lalu bilang “o, darling I love you!” itu memang perlu! Tetapi yang namanya cinta sejati itu bukan sewaktu-waktu. Cinta sejati it uterus memerus hadir sepanjang waktu. Hidup kita itu cinta. Cinta itu hidup kita. Tidak berarti kita lalu tidak makan, tidak minum, tidak bekerja, hanya memikirkan cinta. Tetapi baik pada waktu makan, minum, kerja, tidur, kita lakukan semua itu dengan cinta, dengan cinta..
Itu yang dimaksudkan oleh Rasul paulus dalam Efesus 6:18, berdoalah setiap waktu didalam roh dan berjaga-jagalah didalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya.
Dalam arti itulah, Calvin mengatakan doa itu adalah nafas. Pertama, kita tidak bisa dan tidak boleh berhenti berdoa, seperti kita juga tidak bisa dan tidak boleh berhenti bernafas. Berdoalah setiap waktu, kata Paulus. Kedua, doa adalah nafas. Artinya, doa itu harus kita laku kan secara alamiah tidak kita paksa-paksa. Tidak kita buat-buat. Tidak terasa sebagai tugas atau beban. Ketiga, 1Tim 4:7 mengatakan Latihlah dirimu beribadah. Memelihara dan mengembangkan spiritualitas itu perlu latihan. Tadi saya katakan orang bernafas secara alamiah. It comes naturally, kata orang Inggris. Benar! Tetapi kita tahu sekarang orang mulai menyadari kembali, betapa jauh lebih baik dan jauh lebih bermanfaat lagi kalau setiap kita bernafas kita lakukan itu dengan sadar. Kita rasakan. Waktu menarik nafas. Waktu mengeluarkan nafas. Ini perlu latihan.
Saya mau membagikan kepada anda sebuah latihan spiritualitas, yang disebut doa nafas. Saya telah melakukannya, dan saya telah merasakan manfaatnya. Apa manfaatnya? Saya merasakan hidup saya tidak seperti air lagi tetapi seperti anggur. Belum kwalitas terbaik, sebab itu saya harus berlatih. Bagaimana caranya? (1) coba mulai sekarang jangan sebut Tuhan itu sekedar sebagai Tuhan! Seperti kita tidak memanggil istri/suami/anak kita dengan namanya.
Saya tidak memanggil istri saya hanya, hai Evang! Tetapi, Bu! Atau yang atau dear. Ini amat pribadi. Jadi, masing-masing bebas member panggilan kepada Tuhannya yang paling berarti baginya. Saya memanggil Tuhan saya, Bapa Pengasih! Ada yang menyebut Dia, Bapa sayang. Ada yang menyebutnya Nahkoda kehidupan, atau apa saja, yang paling berarti dan amat pribadi bagi anda. (2) bayangkan, sekiranya Tuhan anda itu tiba-tiba ada didepan anda dan dengan lembut Dia berkata, Eka, kebetulan aku ada disini. Kamu mau minta apa? Satu hal yang paling utama dan yang paling kau rindukan! Sebaiknya anda tidak cepat-cepat menjawab renungkan dulu baik-baik. Sebab ini hanya berlaku satu kali. Tetapi saya bayangkan, kalau Tuhan ada di depan saya, saya tidak akan minta apa yang biasa saya minta dalam doa-doa saya biasa selama ini. Saya akan minta yang jauh lebih penting dan jauh lebih utama. Nah, misalnya saya memilih untuk minta agar saya merasakan kasihnya! Ada yang minta
keadilan, ada yang minta merasakan pimpinan-Nya, kehadiran-Nya.macam-macam. Ini juga amat pribadi. Jadi, saya akan meminta, Bapa pengasih, biarkan aku merasakan kasih-Mu.
(3) yang disebut doa nafas, adalah pada saat-saat: misalnya sementara antri, sementara anda tidak harus berkonsentrasi untuk yang lain, pada waktu anda takut atau khawatir, pada waktu malam menjelang tidur, untuk meditasi anda, atau bangun tidur (jangan terus bangkit!). tenangkan diri anda, rasakan nafas anda. Setiap kali anda menarik nafas, ucapkan doa nafas itu. Begitu pula pada waktu mengeluarkan nafas:
Bapa Pengasih, biarkan aku merasakan kasihMu…. (4x)

Tuhan Yesus Memberkati!!
Haleluya, AMEN


Sumber: Buku Spiritualitas Siap Juang
Alm Pdt Eka Darma Putra
BPK Gunung Mulia 2007
Diketik Ulang oleh : Pdt Masada Sinukaban & Baktiani Sri Melvina br Ginting
“Ketika AKU sakit, kamu melawat AKU”
(Mohon Dukungan Doa Pdt Rudi Elsino Surbakti S.Th Pelayan GBKP Rg Sidikalang Klasis Dairi)

Tanggal 21 Agustus 2009 lalu Pdt Rudi Elsino Surbakti PKPW GBKP Rg Sidikalang masuk rumah sakit Methodis jalan Tamrin Medan. Menurut Dokter, Pdt Rudi menderita Tumor Ganas di Paru-paru. Disamping itu, Pdt Rudi juga menderita penyakit Paru-paru basah, ini terbukti ketika kami berkujung ke rs tersebut, kami melihat secara langsung ada sebuah alat selang penyedot cairan yang di tempelkan di bawah ketiak Pdt Rudi. Selama lebih kurang seminggu Pdt Rudi di rs tersebut, ada 5 liter cairan berwarna kemerahan yang di sedot dari paru-paru Pdt Rudi. Sungguh memprihatinkan.
Kamis 27 Agustus 2009, menjelang sore hari Pdt Rudi di bawa pulang kerumah (rumah Orang Tua Nora di dekat Sekolah Pencawan). Kami bersama Nora kembali menjenguk Pdt Rudi, setelah berdoa bersama untuk kesembuhan beliau, jam 8.30 malam kami pulang kerumah, Pdt Rudi perlu Isterahat karena besok pagi jam 7.10 dengan Pesawat Sriwijaya Air rencana berangkat ke Penang untuk meneruskan pengobatan. Kita tidak tahu apa rencana Tuhan Yesus terhadap Pdt Rudi, ketika pesawat hendak mendarat di Penang, ternyata Cuaca sangat buruk! Memang pada hari jumat tersebut cuaca di Medan sangat tidak bersahabat, hujan terus menerus selama 5-6 jam, Pesawat yang membawa Pdt Rudi kembali ke Polonia. Lalu jam 11.20an kembali berangkat ke Penang, Puji Tuhan, jam 12an tiba di Penang.
Kami, yang tergabung di dalam Pendeta GBKP ini, mau menyerukan kepada kita semua dimanapun Pdt, Pt, Dkn dan jemaat berada untuk selalu mendukung Pdt Rudi ini dengan Doa agar Pendeta cepat sembuh dan kembali melayani seperti biasa. Sebelum melayani di GBKP Rg Sidikalang Klasis Dairi, Pendeta Rudi Melayani di GBKP Si Keben Klasis Sibolangit.
Kami juga berpesan kepada para Pendeta agar meningkatkan Solidaritas PKPW. Melihat keadaan Pdt Rudi yang sangat meprihatinkan, kita sadar para Pendeta memiliki banyak tugas dan pelayanan. Sebaiknya, kalau ada PKPW atau Pendeta GBKP yang sedang sakit, sudilah kiranya para Pendeta dan juga teman-teman Klasis yang di Medan untuk datang Berdoa ke Rumah Sakit. Benar, Pdt Rudi membutuhkan bantuan dana, akan tetapi dia juga sangat butuh dukungan Doa dan pendampingan, ini sebuah pengalaman, saya sangat prihatin kebersamaan Pendeta dan solidaritas Pendeta kalau hal ini tidak di ingatkan akan menjadi sebuah kebiasaan! Jadikanlah ini pengalaman atau cambuk untuk mengingatkan kita semua, siapapun yang sakit, kita harus mengunjunginya. Atau minimal bertelepon, sms dan sebagainya. Hal itu sangat membantu teman-teman Pendeta yang sedang sakit. Terlebih, Keluarga, Nora dan Anak-anaknya.
Saat ini, Pdt Rudi yang sakit, besok mungkin Saya, lusa mungkin Anda. Satu hal yang terpenting adalah, mari kita menjaga kesehatan. Tetap saling berkonunikasi dan saling membantu dalam kesusahan. Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Galatia 6:2. Sakit/penyakit tidak bisa kita tolak, dia hampir sama dengan kematian, kita tidak bisa tahu kapan datangnya. Yang penting disini adalah saling peduli dan saling memperhatikan! Solidaritas harus terus di jaga dan di tumbuh kembangkan. Pesan Tuhan Yesus di Injil Matius 25 : 36b “ Ketika AKU sakit Kamu Melawat AKU”
Kalau kita tidak bisa atau belum bisa membantu secara materi, bantulah dengan DOA! Kalau kita tidak sempat datang 2 atau 3 kali ke rumah sakit untuk menjenguk Pdt, Pt, Dkn, Jemaat, atau tetangga kita yang sakit. Minimal “satu kalilah” kita datang berkunjung. Itu sudah menguatkan dia agar semakin semangat untuk sembuh. Kalau kita sama sekali tidak bisa datang menjenguk orang yang sedang sakit, kita bisa menelpon atau meng smsnya untuk menguatkannya dari jarak jauh. Kalau kita tidak bisa menelpon atau meng sms, kita bisa mendoakan dari rumah dan dari Gereja.
Jangan Alaskan kesibukan, untuk menjenguk orang yang sedang sakit! Usahakan berbagi waktu, Anda pasti bisa melakukannya.
Doakan juga Nora Pdt Rudi Elsino Surbakti : Srimeidina br Ginting Manik. Anak: Yantamana Kristo Surbakti dan Kristian Makana Surbakti. Agar mereka tetap kuat menghadapi ujian ini.
Kepada para Pdt, Pt, Dkn, Jemaat dan Keluarga yang sudah datang ke rumah sakit dan berdoa bagi Kesembuhan Pdt Rudi kami ucapkan banyak terima kasih. Kepada para Donatur yang telah membantu Pdt Rudi melalui kami, Keluarga NN GBKP Semarang, Kel Andy Natanael Ginting Manik SH, MM. Jakarta dan Kel Pt Ab Purba GBKP Dumai, Pdt Kalvinsius Jawak, Pdt Jhonwinsyah Raja Saragih, Pdt Herman Sitepu, Pdt Kartauli Kaban, Cln Pdt Timotius Sembiring, Pdt Abdi Jaya Barus, Pdt Jonterkelin Ginting, Pdt Jeri Tarigan. Dan teman-teman Pdt yang lain, tidak bisa kami sebutkan satu persatu, kami ucapkan banyak terima kasih. Tetaplah Berdoa, buat kesembuhan Pdt Rudi, Firman Tuhan buat Pdt Rudi Elsino Surbakti dan Keluarga : Oleh Bilur-bilurnya kamu telah sembuh. I Petrus 2 : 24b.
Menutup tulisan ini, Saya mengangkat Sepenggal lagu Rohani Nikita
“Allah mengerti, Allah peduli, segala Persoalan yang kita Hadapi”

Tuhan Yesus Memberkati AMEN

Penulis
Pdt Masada Sinukaban