Kamis, 29 Oktober 2009

PELANTIKEN PENGURUS KAKR PERIODE 2009-2014

RG GBKP YOGYAKARTA

“Tuhan ini kerinduan kami, guru-guru KAKR Runggun Yogyakarta. Rindu untuk memberitakan FirmanMu, hanyalah untuk menyenangkanMu TUHAN... Mampukan kami agar kami melayani dengan hati…”

Sepenggal lirik lagu si endeken pengurus KAKR simbaru denga i lantik enda ningetken perpulungen kidekah sekolah Minggu denga. Uga mbarenda gutulna asum kitik-kitik denga. Sada kata-kata si i peseh Minda Mora Br Purba salu bahasa Indonesia e me “Kebanggaan kami sebagai guru sekolah Minggu bukanlah ketika anak didik kami menjadi sarjana dan bekerja dengan mapan, tapi kebanggaan kami yaitu ketika anak sekolah Minggu kami nanti kembali ke Sekolah Minggu menjadi rekan guru untuk melayani kembali bersama dengan kami”

Minggu 18 Oktober 2009, Alu Surat Keputusen (SK) KAKR Klasis Jakarta-Bandung si i wakilken Musti Br Purba, Rg Cililitan nari, i lakoken pelantiken man pengurus KAKR GBKP Yogyakarta lima tahun kulebe. Liturgi pelantiken pengurus KAKR GBKP Yogyakarta ibaba Pdt Paskaria Imanuel Perangin-angin S.Th M.Si. Alu gelar ras jabaten pengurus :

Ketua : Magdalena Br Sebayang

Sekretaris : Elsa Isabella Br Ginting

Bendahara : Selvianita Br Sembiring Meliala

Bid Kerohanian : Arya Setyani Br Ginting

Bid Inventaris & Perkap : Yohana Samueline M Br Ginting

Bid Pemerhati : Vinda Natalia Br Karo

Febry Br Barus

Bid Sermon : Imelda Christi Br Sembiring Brahmana

Selamat melayani man bandu pengurus KAKR GBKP Yogyakarta. Bagi lirik lagu si endeken ndu ndai lah jadi asum kam ngelai agi-aginta si kitik denga. Program-program KAKR si nggo i tetapken banci erdalan alu mehuli ras tetap alu penampat TUHAN saja. Laus Deo

Imanuel Ginting’s

(Mahasiswa Teologi UKSW)

Sabtu, 10 Oktober 2009

Apakah kamu Peduli???

Apakah kamu peduli??

(Sebuah refleksi mengenai korban yang tertimpa musibah saat kota Padang terguncang)

Manusia saat ini melulu berbicara mengenai keadilan, menutut hak yang selalu diperdebatkan, berbicara tentang moral. Namun apakah sesungguhnya artinya semua itu tanpa ada introspeksi bagi diri manusia itu sendiri? “Lah itu khan urusan loe? Yang penting gw gak ikut-ikutan toh!!, lagi, “itu sich derita lo, sm gw gak da masalah kok!!”. Ucapan ini sering terbayang ketika sikap ke-egisan kita menggebu-gebu dalam otak manusia. Tanpa berpikir panjang, merayakan “kekayaan-nya sendiri, dan tidak peduli terhadap orang lain. Satu kalimat yang saya petik dari seorang dosen, berbunyi seperti ini : “Keindahan hidup tidak dinilai dari seberapa besar kebahagiaan yang anda alami, tapi keindahan hidup ternilai dari seberapa banyak orang yang bahagia karena kehadiran anda ditengah-tengah mereka”. Lalu pertanyaan pun muncul, apakah keindahan itu diukur hanya dari kebahagian hidup? Saya berani menjawab, YA!, alasanya : bagaimana anda dapat menikmati keindahan tanpa ada kebahagiaan dalam hidup anda? Jemaat mula-mula (Kis 4:32-35) rela membagikan harta-hartanya untuk dibagikan kepada orang yang membutuhkan. Mereka (Jemaat Mula-mula) menjual rumah, tanah, dan seluruh kepunyaannya itu untuk diserahkan kepada rasul dan para rasul yang membagikannya kepada manusia yang kelaparan dan tertindas. Apa reaksi anda mendengar kisah ini? Jemaat mula-mula memperlihatkan bagaimana kita sebagai orang yang beriman untuk saling topang menopang dalam kesusahan. Mereka percaya bahwa harta yang telah ia kumpulkan dan bagikan itu adalah milik TUHAN dan akan menerima berkat jauh lebih baik dari apa yang mereka percayakan. Terlalu baik bukan? TUHAN tidak bodoh, dalam konteks saat ini, TUHAN tidak menyuruh kita untuk menjual seluruh harta kita dan membagikanNya untuk orang yang tidak mampu. Tapi TUHAN inginkan, minimal kita ingat akan tugas kita hidup didunia adalah sementara, dan hidup saling tolong menolong. Sebagian harta kita yang kita miliki, bila kita memberikannya dengan sepenuh hati, itu sudah melaksanakan tugas dan tanggung jawab kita sebagai anak ALLAH.

Seberapa besar rasa peduli kita? Pertanyaan seperti ini kerap dijumpai dalam pertanyaan pendeta ketika berdiri dimimbar ibadah Minggu. Yang saya amati, jemaat tidak ada yang menjawab dan tersenyum manis. Menurut hemat saya, Oh.. mungkin mereka menjawabnya dalam hati. Munculnya kepedulian yang ada pada kita yaitu ketika kita sadar bahwa seluruh yang kita miliki bukan milik kita seluruhnya, Diakonia, mengerti dan memahami akan definisi KASIH, dan sebagainya. Tapi seluruh itu tidak menjamin ketika kita hanya bicara saja “Hey, loe tau gak!! Gw ini peduli loh” (tapi itu hanya ngomong saja). Sikap kepedulian tidak hanya diucapkan, tapi juga diwujudnyatakan. Gempa yang terjadi baru-baru ini membuka mata hati kita untuk saling memperhatikan, saling peduli satu dengan yang lain, memberi, dan masih banyak lagi. 7,6 SR bukan gempa kecil, manusia dan infrastruktur turu menjadi korban, “KAMI TURUT PRIHATIN SAUDARAKU.. DENGAN KEKUATAN DAN KESANGGUPAN KU KAMI DATANG MERINGANKAN BEBANMU. Saatnya kita beraksi saudara!! Bantu saudara kita yang menjadi korban agar penderitaan yang mereka alami berkurang. Saluran bantuan dapat anda kirim langsung melalui

BRI Cabang Padang

No Rek : 0058.01.055424.50.3

a.n : Tim Peduli Bencana GBKP Padang

“KETIKA AKU SAKIT ENGKAU DATANG MELAWAT AKU”

MATIUS 25:36 D

Salam hangat :

Pdt Masada Sinukaban dan nora

Imanuel Ginting Suka

PERMATA Sektor Salatiga