Selasa, 05 Agustus 2008

Kisah Tiga Pohon
Kisah Tiga Pohon Sudah diwariskan dari Generasi ke Generasi, dari orang Tua kepada anaknya di ceritakan kembali pada saat Paskah Dan natal, bahkan di bingkai dengan Musik dan Nyanyian seperti umumnya kisah-kisah Rakyat Sejati, Pengaranag Cerita ini tidak di Ketahui, Kepada Sang Pengarang Saya sangat Berterima Kasih.
Disebuah Puncak Gunung yang tinggi, tumbuhlah tiga pohon kecil. Ketiga pohon kecil itu membayangkan akan menjadi apa jika mereka besar nanti. Pohon kecil pertama memperhatikan bintang-bintang yang berkilap-kilap seperti permata di langit. “Aku ingin menyimpan benda-benda berharga,” ucapnya. “Aku ingin dilapisi dengan emas dan dipenuhi batu-batu berharga. “Aku akan menjadi peti harta karun terindah di Dunia.”
Pohon kecil kedua memandang kearah sungai yang mengalir perlahan menuju lautan.” Aku ingin menjadi sebuah kapal layar yang kuat,” katanya. “Aku ingin menjelajahi samudera luas dan membawa raja-raja yang berkuasa.” Aku akan menjadi kapal terkuat di Dunia.”
Pohon ketiga memandang kearah lembah dibawah sana. Ia melihat orang-orang yang sedang sibuk bekerja dikota yang ramai. “Aku tidak ingin meninggalkan puncak gunung ini sama sekali,” ucapnya. “Aku ingin tumbuh tinggi sekali sehingga jika orang-orang berhenti untuk melihatku, mereka menatap kesurga dan berfikir tentang Allah. Aku akan menjadi pohon tertinggi di Dunia.”
Tahun-tahun berlalu. Hujan turun, matahari bersinar, dan pohon-pohon itu tumbuh semakin tinggi. Suatu hari ada tiga orang penebang pohon mendaki gunung itu.
Penebang pohon yang pertama memandangi pohon pertama dan berkata, “pohon ini indah sekali dan ia sangat sesuai untukku.” Dengan tetakkan kapaknya yang berkilau, pohon pertama tumbang. “Sekarang pasti aku dibuat menjadi sebuah peti yang indah,” pikir pohon pertama. “Aku akan menyimpan harta yang indah.”
Penebang pohon kedua memandangi pohon kedua dan berkata, “pohon yang kuat. Cocok untukku.” Dengan tetakkan kapaknya yang berkilau, pohon kedua tumbang. “Aku akan menjadi kapal layar besar dan kuat yang cocok untuk para raja!”
Pohon ketiga merasa hatinya ciut ketika penebang pohon terakhir memandang kearahnya. Ia merasa begitu tinggi, berdiri tegak dan berani menatap keatas langsung kesurga. Tetapi, sipenebang pohon bahkan tidak melihat keatas sama sekali. “Pohon jenis apapun cocok untukku,”gumamnya. Dengan tetakkan kapaknya yang berkilau, pohon ketiga tumbang.
Pohon pertama gembira ketika penebang pohon membawanya ke toko tukang kayu. Namun, tukang kayu yang sibuk tidak berfikir tentang peti harta karun. Tangan terampil yang berpengalaman malah membentuk pohon itu menjadi palungan, tempat makan para binatang. Pohon yang dahulu indah itu kini tidak dilapisi dengan emas dan dipenuhi dengan harta karun. Ia dilapisi dengan serbuk gergaji dan diisi dengan jerami untuk ternak-ternak yang lapar.
Pohon kedua tersenyum ketika penebang pohon membawanya kesebuah galangan kapal. Tetapi tidak ada kapal layar yang besar yang dibuat pada hari itu. Malah pohon yang semula kuat itu dipalu dan digergaji menjadi sebuah perahu kecil sederhana. Karena terlalu kecil dan rapuh untuk berlayar dilautan atau bahkan di sungai, perahu itu dibawa kesebuah danau kecil. Setiap hari ia membawa muatan ikan yang mati dan bau.
Pohon ketiga bingung ketika penebang pohon memotongnya menjadi balok-balok yang kuat dan meninggalkannya disebuah gudang penyimpanan kayu. “Apa yang terjadi? Pohon yang semula tinggi itu bertanya. “Yang kuinginkan hanyalah tinggal dipuncak gunung dan mengarahkan pandanganku kepada Allah.”
Berhari-hari dan bermalam-malam telah berlalu. Ketiga pohon hampir melupakan mimpi-mimpi mereka. Tetapi, suatu malam cahaya bintang menyinari pohon pertama saat seorang perempuan muda meletakkan bayinya yang baru lahir didalam palungan itu. “Rasanya aku ingin membuat sebuah ayunan bayi untuknya,” bisik suaminya. Sang ibu menggenggam tangan suaminya dan tersenyum saat cahaya bintang bersinar diatas kayu yang lembut dan kokoh itu. “Palungan ini indah,”katanya. Dan tiba-tiba pohon pertama itu menyadari bahwa ia sedang menyimpan sebuah harta yang paling berharga didunia.
Suatu petang seorang pengembara dan teman-temannya yang tampak lelah memenuhi perahu kecil tersebut. Sipengembara tertidur ketika pohon kedua itu berlayar perlahan ketengah danau. Tiba-tiba kilat menyambar dan datang badai mengamuk. Pohon kecil itu gemetar. Ia tahu bahwa ia tidak cukup kuat membawa begitu banyak penumpang dengan selamat melewati angin badai dan hujan yang lebat tersebut. Pria yang kelelahan itu terbangun. Ia berdiri, merentangkan tangannya dan berkata, “Tenanglah.” Tiba-tiba badai itu berhenti secepat ia datang. Dan tiba-tiba pohon kedua menyadari bahwa ia sedang membawa Raja dari segala Raja.
Disuatu jumat pagi, pohon ketiga terkejut ketika baloknya ditarik dari tumpuan kayu yang tampak sudah terlupakan. Ia ketakutan saat ia diangkut melalui kerumunan orang yang marah dan berteriak mencemooh. Ia gemetar ketika para prajurit memaku tangan seorang pria kepadanya. Ia merasa sangat jelek, kasar dan kejam.
Tetapi pada hari Minggu pagi, saat matahari terbit dan tanah tempat ia berdiri bergetar karena sukacita, pohon ketiga tahu bahwa kasih Allah telah mengubah segalanya. Kasih itu telah mengubah pohon pertama menjadi indah. Kasih itu telah menjadikan pohon kedua menjadi kuat. Dan setiap kali orang berfikir mengenai pohon ketiga, mereka akan berfikir tentang Allah.
Kepustakaan
Angela Elwel Hunt, Kisah Tiga Pohon, BPK Gunung Mulia, 2007,
Diketik kembali oleh Vina Ginting

Tidak ada komentar: