Rabu, 09 Juli 2008

Kisah Orang Kaya dan Lasarus, siapakah Lasarus-lasarus
saat ini??
(Injil Lukas 16 :19-31 menyajikan kepada kita bagaimana contoh 2 karakter yang sangat berbeda, antara Orang Kaya dan Lasarus yang miskin, Penulis mencoba untuk Merefleksikannya dalam situasi dan keberadaan Gereja GBKP saat ini)
Pernahkah anda membaca kisah Orang Kaya dan Lasarus di Injil Lukas? Penulis yakin dan percaya bahwa semua Pembaca setia mj Maranatha pernah membaca atau mendengar kisah ini. Dan penulis juga sangat yakin bahwa hampir semua orang Kristen di Planet Bumi ini pernah membaca atau mendengar kisah Orang Kaya dan Lasarus ini. Disamping menarik dan memang kisah ini sangat mewakili keberadaan kehidupan manusia sepanjang waktu. Dua keadaan yang sangat jauh berbeda atau saling bertolak belakang, dimana seorang keberadaannya sangat kaya-raya dan yang seorang lagi sebaliknya sangat miskin sekali. Yang seorang bergaya hidup mewah dan sangat tidak peduli orang lain di sekelilingnya dan yang seorang lagi Lasarus miskin, menderita, sakit, tidak memiliki apa-apa dan sedang kelaparan. Untuk makan sehari-harinya saja dia bergumul untuk mendapatkannya alias tidak punya! Kontras sekali perbedaan ini. Seperti perbedaan warna hitam dan putih, tinggi dan pendek, atau juga dingin dan panas.
Kisah Lasarus ini mengingatkan penulis kepada Kotbah Pdt Prof Mesach Krisetya pada acara peresmian kantor rumah sakit Holistik di Salatiga Februari 2008 lalu. Dalam kotbahnya beliau menyampaikan bagaimana proses seorang Albert Schweitzer dari Jerman tahun 1956 lalu mendapat hadiah Nobel Perdamaian. Beliau menyampaikan kepada kami bahwa Albert Schweitzer pada suatu masa membaca kisah Orang Kaya dan Lasarus ini dalam Injil Lukas 16 : 19-31, beliau tersentuh. Albert Schweitzer selalu memikirkan dan merenungkan apa yang telah di bacanya dari Injil Lukas tersebut. Benar juga ya pikirnya, banyak Orang-orang Kaya di Eropah ini yang kurang peduli Lasarus-lasarus di Negara atau benua yang lain. Yang mana Eropah sangat Kaya Raya sedang kan banyak negara seperti Afrika dan Etopia sangat Miskin. Maka Albert bangkit dan langsung berpikir bahwa Orang Kaya itu adalah Negara Eropah dan Lasarus itu adalah Afrika. Lalu dengan tidak berlama-lama lagi dia langsung berangkat ke benua hitam itu untuk melayani dan mengabdi di Benua Afrika dengan membangun sebuah Rumah Sakit untuk membantu, menolong dan mengobati serta melayani orang-orang Afrika yang banyak menderita penyakit karena kurang gizi atau miskin. Albert terpanggil untuk melayani Afrika yang dianggapnya sebagai Lasarus yang Miskin.
Puluhan tahun melayani di Afrika tersebut membuat dia akhirnya mendapat penghargaan “Nobel Perdamaian” karena telah melakukan sebuah misi perdamaian dengan kepedulian terhadap kemanusiaan. Di Dunia yang kita hidupi saat ini sangat memerlukan orang-orang seperti Albert Schweitzer. Karena Dunia kita ini sudah seperti padang gurun yang tandus membutuhkan air untuk memberikan kesegaran atau denyut kehidupan!! Dunia memang sedang menantikan “Albert-albert” lain yang bisa memberikan sebuah solusi bagi permasalahan yang tengah dirasakan oleh manusia seperti Lasarus. Kalau kita mau jujur, banyak diantara kita (Jemaat GBKP) yang mampu secara ekonomi dan memiliki berkat yang berkelimpahan telah di berikan (rejeki yang di titip) oleh Tuhan Yesus untuk disalurkan atau di bagikan bagi Lasarus-Lasarus diluar sana!! Anda dan penulis tinggal memilih! Mau mengikut Orang Kaya itu untuk tidak peduli, bermewah-mewah dan berpesta-pesta saja atau mau mengikuti perintah Tuhan Yesus untuk mau Peduli dan mengasihi Lasarus-Lasarus di Sekeliling kita. Dengan kita Peduli dan berbagi, berarti kita telah melakukan Firman Tuhan Yesus di dalam Injil Matius 25 : 40 dan Injil Matius 22 ayat 37-40.
Kalau kita sudah peduli dan melakukan seperti apa yang diajarkan oleh Injil maka kita telah melakukan apa yang diperintahkan oleh Bapa di Sorga dengan demikian maka ada banyak orang yang kita bantu atau tolong seperti yang dilakukan oleh Albert di Afrika tadi. Ayo kita segera melakukannya, Gereja-Gereja di Kota-kota besar seperti Medan, Pk Baru, Jakarta atau Bandung sudah harus melakukan sebuah terobosan kepedulian seperti Albert tadi. Minimal kita melakukan sesuatu yang berarti di kampung halaman kita. Seperti membuat sebuah gerakan “Pesikap Kuta Kemulihenta” misalnya membantu membuat irigasi-irigasi, jalan-jalan, sekolah-sekolah dan memberikan sumbangan alat-alat tulis bagi “anak-anak sekolahta” di kampung kita masing-masing. Itu adalah sumbangan yang sangat berarti bagi mereka di di Tanah Karo. Seperti Albert yang membangun Rumah sakit buat orang Afrika yang miskin.
Gereja GBKP dikota-kota besar dan Klasis-klasis yang di kota juga bisa melakukan hal yang sama, baik secara Pribadi-pribadi atau Keluarga-keluarga yang sudah “Sukses” di berkati Tuhan Yesus. Mari kita meneladani Albert dan melakukan seperti apa yang telah dilakukannya buat Afrika. Coba kita bayangkan betapa mulianya sifat dan perbuatan Albert itu, dari kota Jerman dia pergi ke pedalaman Afrika. Albert sebenarnya sangat pintar sekali (kalau mau cari pekerjaan dimana saja dia mampu, tapi dia tidak mau), dia memiliki 4 gelar Doktor, satu gelar DR Teologi, DR Musik, DR Medis dan DR Filsafat. Luar biasa ya, dia tidak memikirkan lagi jabatan atau hal duniawi seperti kekayaan dan kedudukan. Karena dia berpikir bahwa semua yang dia miliki adalah dari Tuhan. Albert benar-benar melayani dan mengabdi untuk kemulian Tuhan Yesus. Dia begitu tulus dan sungguh dalam melayani Tuhan. Coba kita renungkan dari kota yang sangat besar seperti Jerman ke kota kecil di Afrika. Luarbiasa sekali, ini benar-benar langka dan sudah jarang di temukan saat ini. Andai saat ini ada Pendeta di GBKP yang punya 4 gelar Doktor apa mungkin ya dia mau melayani Kotbah ke Amburidi, atau di daerah seperti ke pedalaman Jambi dan Kalimantan?? Mimpi kali yee. Atau misalnya “Pendeta-Pendeta” yang sudah lama di Kota Besar seperti Jakarta, mereka di tempatkan kembali ke “Kampung-kampung” alias daerah yang terpencil selama 5 bulan saja. (pasti bergumul ya? Mungkin ada yang mengatakan alasan ini dan itulahhh he, he) Ayo Pendeta-Pendeta kita perlu banyak belajar dari Albert dan Pdt David Living Stone yang mau di utus ke Pedalaman Afrika untuk melayani “Sang Lasarus”.
Pembaca Mj Maranatha yang terkasih, gejala atau fenomena apakah yang terjadi saat ini sehingga panggilan Gereja banyak yang telah kabur atau bergeser kearah “Materialisme dan Hedonis”. Kita lebih suka berpesta-pesta atau bermewah-mewah seperti Orang Kaya di dalam Injil Lukas tersebut. Hari-harinya selalu dipenuhi Pesta pora saja. Gereja-gereja juga saat ini sudah mulai seperti itu kan? (Sidang-sidang Klasis di Hotel Mewah, Natal yang memakan dana ratusan Juta Rupiah) Hampir mirip walaupun tidak sama persis. Sekarang sudah mulai mengarah kesana. Pendeta atau Pimpinan Gereja banyak yang nginap di Hotel bintang 4 atau bintang 5 bila ada acara “Gerejawi”. Padahal ada banyak Lasarus yang mati kelaparan di luar sana! (Anda dan penulis mendengar dan membaca beritanya, ada banyak anak Bangsa mati kelaparan di Makasar, NTT dan Jatim). Banyak yang kena busung lapar, Gizi buruk, miskin dan papa, Kok kita tak Peduli?? Ada apa ini?? Mengapa tidak tidur di rumah Jemaat saja, atau “ke Hotel yang sederhana” misalnya kelas bintang 1 atau bintang 1,5 misalnya (maksudnya carilah hotel yang sederhana) jangan sampai sekali nginap biayanya 500 ribu atau 1 juta semalam!! Ini sangat tidak manusiawi. Lebih baik uang Hotel itu di sumbangkan Panitia ke korban Lumpur Lapindo atau Bencana Alam Misalnya!!
Mengapa hal ini penulis sampaikan? Karena sudah banyak jemaat yang mengeluh dan menyampaikan itu semua kepada Penulis, mereka berkata begini, Pendeta atau Pimpinan Gereja itu enak-enak tidur di Hotel sana, kami makan pun susah katanya. Penulis pikir benar juga ya, masa Pendeta atau Pimpinan Gereja itu tidak bisa melihat situasi negara saat ini yang sedang sulit. Mungkin hal ini mereka sampaikan karena ada juga pembicara “Kaliber atau Konglomerat” yang mereka undang sebagai Pembicara hanya tidur di rumah Jemaat atau di rumah Pendeta setempat. Lalu muncullah pertanyaan mereka, mengapa kalau Pendeta atau Pimpinannya yang di undang kok Nginapnya malah di Hotel mewah? (mungkin hal inilah yang membuat banyak Pendeta yang mengejar kedudukan sebagai pimpinan Gereja, karena banyak fasilitas dan lain-lain!!).
Sebagai bahan perbandingan, Penulis pernah bertemu seorang “Mantan Presiden” salah satu organisasi “Gereja-gereja se Dunia” pada saat dia menjabat sebagai Presiden, mereka diundang oleh salah satu anggota Denominasi Gereja yang kebetulan berada di pedalaman Afrika, maka mereka nginap ya bersama Jemaat dan di rumah Pendeta Gereja yang di kunjungi itu. Padahal beliau adalah salah satu Pemimpin Gereja tingkat Dunia? Mengapa itu semua bisa dilakukan oleh Mantan Presiden Gereja tadi? Itulah bila “Hati yang berbicara bukan Otak” dan yang tidak kalah penting adalah ketika dia memaknai Panggilannya sebagai Pendeta yang harus melayani bukan dilayani!. Perlu kita sadari bahwa pesta pora dan sebagainya sudah harus di hentikan, apalagi kita ini adalah Gereja, mengapa harus melakukan yang tidak baik padahal ada banyak hal yang harus kita benahi seperti misalnya banyak Gedung Gereja kita yang sudah rusak dan perlu di perbaiki. Sangat bagus sekali apabila dana-dana yang ada untuk membangun Gereja atau apapun itu asal guna untuk pelayanan. Sebagai contoh, Coba perhatikan Gedung-gedung Gereja GBKP di sepanjang jalan Jenderal Jamin Ginting Pancur Batu-Berastagi?
Coba lihat bangunan pisik atau cat Gereja GBKP di sepanjang jalan tersebut. Kondisi gedungnya ada yang sudah rusak, ada catnya yang sudah kabur atau kusam, kelihatannya bukan seperti Gereja, sudah tidak terawat, maaf ini Kritik atau masukan buat kita semua. Kalau bisa, mari kita bangun secara bersama-sama, mengapa tidak? Katakanlah ada 10-20 gedung Gereja GBKP di sepanjang jalan tersebut yang perlu di rehab, mari kita bangun secara menyeluruh (Sinodal). Moderamen, Petinggi Karo atau Tokoh Gereja GBKP dimanapun berada bisa duduk bersama membicarakannya. Sebut saja misalnya Moderamen GBKP mengangkat “Panitia Rehab Gedung Gereja GBKP di Sepanjang jalan Pancur Batu-Berastagi berbiaya 1 Miliar? Cara mendapatkan Dananya? Tidak ada yang susah, cukup Moderamen dan Klasis bersangkutan mendatangi (menjemput bola) kerumah 25-30 kepala Keluarga donatur yang berdomisili di Medan, Pekan Baru dan Jakarta. Pastilah uang yang berjumlah 1 Miliar itu bisa didapat. Penulis tahu betul bahwa masih sangat banyak sebenarnya umat GBKP yang Peduli, hanya terkadang Pimpinan Gereja kurang mampu untuk mengelola ataupun melakukan Strategi menggalang dana tersebut. Dengan Dana yang 1 Miliar tadi di gunakan untuk biaya-biaya Rehab bangunan 10-20an Gedung Gereja GBKP di sepanjang jalan Jamin Ginting itu. Mengapa saya menyampaikan hal ini? Mungkin kita sudah sama-sama tahu bahwa saat ini banyak pembangunan dan pengrehaban secara besar-besaran “rumah ibadah lain” di seluruh Tanah Karo terutama di Kabanjahe dan Berastagi. Jadi untuk melakukan “Penyeimbang” dan memang disepanjang jalan Pancurbatu-Berastagi itulah Wajah GBKP yang sebenarnya. Gedung Gereja GBKP-GBKP Itulah yang setiap hari dilihat oleh “Jutaan” orang yang hilir mudik setiap hari Medan-Berastagi. Sekali lagi ini hanya himbauan saja kalau di dengarkan dan dilakukan ya baik kalau tidak juga ya tidak masalah yang penting hal ini sudah Penulis sampaikan. Sebagai sebuah Informasi bagi kita Umat GBKP dimanapun berada. Sebelum mereka mendahului, mengapa kita tidak bergerak untuk membangun secara bersama-sama dan dengan sekuat tenaga. Hal ini juga sama dengan membantu “Lasarus-Lasarus” yang ada di sepanjang Pancur Batu-Berastagi, yang mungkin saja kalau hanya jemaat setempat dan Klasis setempat yang melakukan mungkin mereka tidak sanggup. Butuh bantuan kita yang ada di luar Klasis atau Runggun tersebut. Selamat menjadi Donatur yang Peduli Lasarus-Lasarus saat ini!! Jadikan Tahun Marturia ini sebagai wujud nyata yang benar-benar berarti bagi orang lain dan sesama terlebih bagi Gereja GBKP, jangan hanya Teori!!

Untuk menutup tulisan ini saya mau mengangkat Firman Tuhan Yesus dari Injil Yohanes 13 : 34-35 “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi”.
Tuhan Yesus Memberkati AMEN

Penulis Pdt Masada Sinukaban. Univ Kristen Satya Wacana Salatiga Jawa Tengah
KESAKTIAN PEDULI GENERASI INDONESIA

Di posting Oleh :
Imanuel Gintings
(Mhsw Teologi UKSW/Gr KAKR GBKP Tg Priok)
PERMATA Salatiga

Tidak ada komentar: