Selasa, 27 April 2010

MERDEKA

- Suatu Refleksi Iman Hari Ulang Tahun Negara Kesatuan Republik Indonesia -

Oleh : Jobta Tarigan

Pengantar

Bulan agustus ini Negara (State) kita memasuki usia yang ke-64 tahun.Usia yang bukan muda lagi.Dari persalinan yang cukup lama dan melelahkan,64 tahun lalu Ibu Pertiwi melahirkan sebuah Negara bernama Indonesia dari bangsa yang bernama Nusantara.Dari tanggal 17 Agustus 1945 di Jl.Penggasan Timur oleh Soekarno-Hatta (Dwi Tunggal) diteriakkan kata Merdeka (baca:Proklamasi) atas nama seluruh rakyat Indonesia.Indonesia lahir dari sebuah perjumpaan kekayaan perbedaan (Melting Plot) kebangsaan.Lahir dari rahim senasib sepenanggungan,bangsa yang terjajah,bodoh dan miskin.Tidak ada kata yang paling heriok selain kata “Merdeka” pada saat itu.Tua muda,miskin kaya raya,apapun agamanya,sukunya,warna kulitnya dan sebagainya berbaur mempertahankan kata itu.Hanya ada 2 (dua) pilihan pada saat itu: “Merdeka atoe Mati”.Sejarah bangsa dan Negara kita juga mencatat bahwa umat yang bernama Kristen pun juga terlibat di dalamnya.Dari kemerdekaan 64 tahun itulah kita sekarang dapat menikmati-merasakan yang ada sekarang dengan segala kekurangan dan kelebihannya.Untuk itulah tulisan ini mencoba mengajak kita secara sederhana merenungkan arti kemerdekaan itu dan untuk dapat berbuat lebih baik lagi buat ibu pertiwi..Untuk itu mari kita lihat Indonesia hari ini dari sisi social,budaya,ekonomi,politik setelah kemerdekaannya,sambil tanpa menutup mata akan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai bangsa kita selama ini.

Indonesia Hari Ini

Setelah memasuki orde reformasi ini, euphoria kedaerahan dan isme-isme kesukuan dan keagamaan muncul bak jamur di tengah hujan demokrasi.Belum lagi arus globalisasi yang menghanyutkan kita dalam arus sungai hedonisme.Arus kapitalisme yang hampir menelan seluruh eksistensi kemanusian kita.Kemiskinan dan pengganguran yang semakin menjadi-jadi di tengah gelombang krisis ekonomi global yang tidak tahu kapan berakhirnya.Proses demokrasi yang belum mendapatkan jati dirinya.Masih banyaknya partai-partai dengan kepentingan golongannya sendiri.Walau demikian kita patut bersyukur pemilu legislative dan pilpres bulan lalu berjalan dengan aman dan damai, walau di sana-sini masih banyak keluhan. Hak-hak azasi manusia (HAM) yang terus dikangkangi.Keagamaan yang masih terkooptasi oleh politik dan penafsiran ayat-ayat dengan sangat rigid.Kemajemukan yang di pandang sebagai bukan keniscayaan.Masalah HIV-AIDS yang masih menjadi pergumulan akan kemasadepanan anak-anak manusia khususnya Indonesia.Korupsi,Kolusi,Nepotisme (KKN) di tubuh birokasi sampai ke sendi-sendi social kehidupan yang terasa semakin menjadi-jadi tengah rakyat yang menderita kelaparan sampai busung lapar.Tingginya biaya kesehatan dan pendidikan,membuat rakyat seperti tidak lagi mempunyai ibu ditengah adiom ibu pertiwi.Nilai-nilai kebudayaan (baca:kekaroan) kita yang semakin hari tergerus oleh modrenisasi.Penyakit hewan pun menjadi penyakit manusia (penyakit flue babi dan flu burung).Walau menurut jurnal kesehatan Amerika penyakit ini sudah lama ditemukan-dikenal. Sampai berita terakhir yang paling mutahir adalah Jakarta (Hotel J.W.Marriot dan Ritz Charlton) diguncang bom oleh teroris,kejahatan kemanusian terjadi lagi.Kita semua sangat berduka dan prihatin atas hal ini. Jika kita setuju dengan salah satu syair lagu Iwan Fals :”….sungguh banyak untuk dapat di ucapkan,teramat banyak untuk di tuliskan”.Kami juga yakin pembaca akan dapat menuliskannya lebih banyak lagi.Yang menjadi persoalan adalah; terasa pengap di tengah-tengah semangat ritus-ritus keagamaan-kekristenan kita, hal-hal tersebut terjadi.Seharusnya Iman yang bagaimanakah, yang dapat kita (Baca:Gereja) perbuat untuk ibu pertiwi di ulang tahunnya ini..?

Soli Deo Gloria

Menurut pandangan Alkitab, gereja adalah persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar (eks=keluar; kaleoo=memanggil). Mereka disendirikan untuk menjalankan tugas luhur yaitu memberitakan Kabar Baik tentang Keselamatan. Yesus Kristus sendiri memberitakan mengenai kedatangan Kerajaan Allah.Dari konteks inilah dapat kita maknai kemerdekaan sebagai anugerah sekaligus salah satu tugas panggilan,karena Allah telah terlebih dahulu memerdekakan kita dari perbudakan dosa.Kita tidak dapat berdiam diri melihat kenyatan-kenyataan yang ada di sekelilingi kita (baca:gereja).Gereja harus mewujud nyatakan kasih Kristus (Diakonia) di tengah-tengah persekutuan (Koinonia) sebagai kesaksian (Marturia) di zaman yang terus berubah .Gereja harus terus dengan lantang menyuarakan suara profetis nya.Bukan hal yang kebetulan pula kalau tahun ini gereja-gereja bercorak Calvinis (GBKP) merenungkan-merayakan 500 tahun kelahiran Yohanes Calvin serta tahun Diakonia bagi Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) kita.Slogan Soli deo Gloria seharusnya sangat nyaring terdengar di telinga kita.Calvin menggugat kita akan eksistensi keimanan kita yang paling dalam,untuk mengisi arti kemerdekaan bangsa ini sebagai perbuatan yang memuliakan Tuhan.Keimanan kita seharusnya tidak lagi bersifat simbolik-ornamental apalagi hanya bersifat ritual seremonial (walau hal tersebut baik tapi tidak substansi),misalnya penumpangan tangan,nubuatan,pengurapan minyak,puasa,doa berantai,doa semalam suntuk,dan sebagainya.Yesus sangat mengecam pengungkapan iman dengan ritual seremonial (baca: Mat 6:1-18 dan 23:14-36) apalagi dengan hanya simbolik-ornamental.Kitab Matius mencatat koreksi Tuhan Yesus sebagai berikut:”…mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai panjang….”.Keimanan kita juga tidak dapat lagi bersifat verbal,dengan ucapan:”puji tuhan…haleluya”,“terjadilah mujizat”,atau “tuhan memberkati’.Untuk iman seperti ini Yesus berkata:”bukan setiap orang yang berseru kepada Ku:Tuhan,Tuhan.! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga (Matius 7:21).Kalau bukan simbolik-ornamental,ritual dan verbal,keimanan yang bagaimana kiranya yang diharapkan di tengah pergumulan Indonesia hari ini dalam mengisi kemerdekaan ini.Iman yang bersifat operatif.Bukti keimanan kita harus sudah bersifat operasional.Perhatikanlah kata kerja “lakukan” pada kedua ayat di Matius.Yesus berkata dalam Matius 7:21 ; “…melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku..”dan”..segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini,kamu melakukannya untuk Aku (Bdk.Mat 25:40).Dalam bidang politik,Gereja tidak boleh a-politik, tetapi politik kita juga hendaknya bukan politik praktis yang pragmatis tapi politik kehambaan (Duolous politic).Karena gereja bukan lembaga yang dapat melegalkan seseorang menjadi anggota legeslasi, karena akan sangat bersifat subjektif.Politik gereja adalah politik humanis-profetis.Para presbiter kita juga di harapkan bukan para presbister yang berorientasi gelar emeritus dengan berbagai asumsi keduniawian (usia,kesehatan dan gelar professor doctor).Tapi para presbiter yang berorientasi pelayananan dan mengharapkan upah sorgawi (bdk. Luk 6:23 dan Mat 5:12).Sekali lagi,iman dengan penampakan operatif lah yang kita butuhkan di ulang tahun kemerdekaan bangsa ini.

Penutup (Pro Deo Et Patria)

Untuk mengisi kemerdekaan merupakan suatu panggilan tugas (a calling duty) setiap warga gereja,karena kemerdekaan itu sendiri adalah rahmad pemberian Allah.Gereja harus memaknai dan mewarnai kewarganegaraanya di dunia sebagai manifestasi kewarganegaraan sorgawinya.Untuk itu perlu penampakan iman.Penampakan iman yang bersifat operatif yang kita butuhkan di tengah krisis multi dimensi bangsa saat ini.Kita dapat berbuat,walau dengan sangat kecil-sederhana.Bukankah Allah akan memberikan perkara-perkara yang lebih besar setelah kita setia pada hal-hal yang kecil bukan.? (Bdk.Mat 25: 21 & 23).Segala eksistensi iman-kehidupan sebagai warga Negara kiranya menjadi kemulian bagi Allah(Soli deo Gloria).Kiranya, hadiah iman yang bersifat operatif kepada ibu pertiwi yang berulang tahun yang kita bawa dan perbuat.Selamat ulang tahun Negeri ku..Selamat ulang tahun Bangsa ku..Selamat ulang tahun Indonesia.

-PRO DEO ET PATRIA-

Yobta Tarigan*

email:yobta.sibero@gmail.com

mobile:0812 56860 111

Ngawan PJJ Sektor Tengah-Rg GBKP Pontianak

*Tulisan ini di tulis tengah malam pada saat merawat bidadari kecil papa (Agittha Natascha Br.Tarigan) yang sedang bergumul dengan sakit di RSU Ibu dan Anak Anugerah Bunda (10-16 Juli 2009).Semoga lekas sembuh ya nak ku…Tigan Boro.

Tidak ada komentar: